Senin, 21 Mei 2012

Tempayan Retak

 
 Alkisah ada seorang Ibu di Cina yang sudah tua memiliki 2 buah tempayan yang digunakan untuk mencari air, yang dipikul di pundak dengan menggunakan sebatang bambu. Salah satu dari tempayan itu retak, sedangkan yang satunya tanpa cela & selalu memuat air hingga penuh.

Setibanya di rumah setelah menempuh perjalanan panjang dari sungai, air di tempayan yang retak tinggal 1/2. Selama 2 tahun hal ini berlangsung setiap hari, dimana ibu itu membawa pulang air hanya 1 1/2 tempayan. Tentunya si tempayan yang utuh sangat bangga akan pencapaiannya. Namun tempayan yang retak merasa malu akan kekurangannya, & sedih, sebab hanya bisa memenuhi 1/2 dr kewajibannya.

Setelah 2 tahun yang dianggapnya sebagai kegagalan, akhirnya dia berbicara kepada ibu tua itu di dekat sungai. "Aku malu, sebab air bocor melalui bagian tubuhku yang retak di sepanjang jalan menuju ke rumahmu." Ibu itu tersenyum, "Tidakkah kau lihat bunga beraneka warna di jalur yang kau lalui, namun tidak ada di jalur yang satunya? Aku sudah tahu kekuranganmu, jadi aku menabur benih bunga di jalurmu & setiap hari dalam perjalanan pulang kau menyirami benih2 itu. Selama 2 thn aku bisa memetik bunga2 cantik untuk menghias meja. Kalau kau tidak seperti itu, maka rumah ini tidak seasri ini, sebab tidak ada bunga."

Kita semua mempunyai kekurangan masing2, namun keretakan/ kekurangan itulah yang menjadikan hidup kita bersama menyenangkan dan saling melengkapi. Kita harus menerima setiap orang apa adanya, & mencari yang terbaik dalam diri mereka. Setiap pribadi diciptakan Tuhan pasti memiliki keunikan dan tujuan masing2, sesuai dengan kehendakNya, sehingga hidup kita dapat terus memuliakan Tuhan. Rekan2 sesama tempayan yang retak, semoga hari kalian menyenangkan. Jangan lupa mencium wanginya bunga2 di jalur kalian ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar