Dasar dari sebuah pernikahan adalah persahabatan. Sedangkan hubungan orang tua dan anak dibentuk melalui kelahiran. Hubungan suami istri dibentuk melalui perjanjian yang ditetapkan oleh Allah dan dimeteraikan melalui pernikahan yang kudus.
Dalam pernikahan, suami atau istri Anda adalah hal terpenting dalam hidup ini. Sebagai pasangan, Anda berdua harus saling mengutamakan. Hal ini bisa Anda tunjukkan dari hal sederhana seperti ketika Anda pulang dari kantor, sapalah dulu pasangan Anda, bukan anak-anak Anda. Setelah pasangan Anda, baru Anda bisa menyapa para buah hati Anda.
Seperti usaha lain dalam kehidupan ini, membangun persahabatan dalam kehidupan suami istri memerlukan kesabaran, waktu dan kerja keras. Membangun persahabatan sebagai sebuah pasangan, layaknya Anda mempunyai sebuah kebun, jika Anda ingin kebun itu indah, Anda harus meluangkan waktu untuk mengolah tanah, menyianginya, memupuk, menanam benih tanaman, menyiraminya dan dengan rajin menjaganya.
Persahabatan dalam pernikahan harus dikelola dengan tingkat pemeliharaan yang sama. Persahabatan antara Anda dan pasangan tidak akan tumbuh hanya dalam waktu semalam. Seringkali akan muncul rumput-tumput liar yang akan membuat pernikahan Anda sepertinya tampak buruk. Namun Anda harus mencabutnya, mencangkul tanahnya dan menyiraminya kembali.
Sebagai contoh kisah John dan Sarah yang baru saja menikah. John sudah berjanji untuk menjemput Sarah pukul 17.00, tepat seusai jam kerja. John terlambat dan semakin lama, semakin membuat Sarah marah. Sarah mulai mondar mandir, berkeringat dan marah.
John akhirnya tiba pukul 18.00. Sambil menyeringai malu ia berkata, "Hai. Maaf, aku terlambat." John mengucapkannya dengan bersungguh-sungguh. Sambil mengabaikan perkataan John, Sarah masuk ke mobil tanpa komentar apapun. Ia tidak mengucapkan sepatahkatapun sementara John mengemudi.
Sesudah beberapa menit, John bertanya, "Ada apa?"
"Tidak apa-apa," Sarah membentak.
Setelah beberapa menit dalam keheningan, John mencoba lagi,"Mau makan malam di luar? Aku akan mengajakmu ke tempat yang benar-benar bagus."
"Tidak, aku tidak mau makan diluar."
Berhenti di depan penjual bunga, John berusaha lagi. "Aku Cuma mau lari sebentar kesana dan membeli beberapa tangkai bunga."
"Buat siapa? Kalau kamu mencintaiku sebesar itu, kamu pasti sudah menjemputku pukul lima seperti yang kamu janjikan."
Itu adalah ekspresi dari perasaan Sarah, John harus mau mendengarkannya. Dan Sarah harus mau mendengarkan alasan John. Persahabatan adalah katalisator yang akhirnya meleburkan suami dan istri menjadi satu seperti permata yang berharga. Tidak ada hubungan dibumi yang sedekat dengan gambaran pernikahan, dalam pernikahan suami istri menjadi sahabat sejati adalah yang paling dekat diantara semua. Itulah sebabnya hubungan antara Tuhan dan gereja di gambarkan sebagai hubungan antara pasangan.
Dalam pernikahan, suami atau istri Anda adalah hal terpenting dalam hidup ini. Sebagai pasangan, Anda berdua harus saling mengutamakan. Hal ini bisa Anda tunjukkan dari hal sederhana seperti ketika Anda pulang dari kantor, sapalah dulu pasangan Anda, bukan anak-anak Anda. Setelah pasangan Anda, baru Anda bisa menyapa para buah hati Anda.
Seperti usaha lain dalam kehidupan ini, membangun persahabatan dalam kehidupan suami istri memerlukan kesabaran, waktu dan kerja keras. Membangun persahabatan sebagai sebuah pasangan, layaknya Anda mempunyai sebuah kebun, jika Anda ingin kebun itu indah, Anda harus meluangkan waktu untuk mengolah tanah, menyianginya, memupuk, menanam benih tanaman, menyiraminya dan dengan rajin menjaganya.
Persahabatan dalam pernikahan harus dikelola dengan tingkat pemeliharaan yang sama. Persahabatan antara Anda dan pasangan tidak akan tumbuh hanya dalam waktu semalam. Seringkali akan muncul rumput-tumput liar yang akan membuat pernikahan Anda sepertinya tampak buruk. Namun Anda harus mencabutnya, mencangkul tanahnya dan menyiraminya kembali.
Sebagai contoh kisah John dan Sarah yang baru saja menikah. John sudah berjanji untuk menjemput Sarah pukul 17.00, tepat seusai jam kerja. John terlambat dan semakin lama, semakin membuat Sarah marah. Sarah mulai mondar mandir, berkeringat dan marah.
John akhirnya tiba pukul 18.00. Sambil menyeringai malu ia berkata, "Hai. Maaf, aku terlambat." John mengucapkannya dengan bersungguh-sungguh. Sambil mengabaikan perkataan John, Sarah masuk ke mobil tanpa komentar apapun. Ia tidak mengucapkan sepatahkatapun sementara John mengemudi.
Sesudah beberapa menit, John bertanya, "Ada apa?"
"Tidak apa-apa," Sarah membentak.
Setelah beberapa menit dalam keheningan, John mencoba lagi,"Mau makan malam di luar? Aku akan mengajakmu ke tempat yang benar-benar bagus."
"Tidak, aku tidak mau makan diluar."
Berhenti di depan penjual bunga, John berusaha lagi. "Aku Cuma mau lari sebentar kesana dan membeli beberapa tangkai bunga."
"Buat siapa? Kalau kamu mencintaiku sebesar itu, kamu pasti sudah menjemputku pukul lima seperti yang kamu janjikan."
Itu adalah ekspresi dari perasaan Sarah, John harus mau mendengarkannya. Dan Sarah harus mau mendengarkan alasan John. Persahabatan adalah katalisator yang akhirnya meleburkan suami dan istri menjadi satu seperti permata yang berharga. Tidak ada hubungan dibumi yang sedekat dengan gambaran pernikahan, dalam pernikahan suami istri menjadi sahabat sejati adalah yang paling dekat diantara semua. Itulah sebabnya hubungan antara Tuhan dan gereja di gambarkan sebagai hubungan antara pasangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar