Sebab sama seperti perempuan berasal dari laki-laki,
demikian pula laki-laki dilahirkan oleh perempuan; dan segala sesuatu berasal
dari Allah.
Kenapa kita ingin menikah? Jawaban atas pertanyaan ini bisa
amat beragam. Antara lain:
“Saya ingin berbagi kehidupan dengan orang yang saya cintai
dan mencintai saya.”
“Saya ingin mendapatkan sesuatu yang dulu tidak pernah saya
dapatkan dari keluarga saya.”
“Saya tidak ingin kesepian.”
“Saya tidak ingin menjalani kehidupan ini seorang diri.”
“Saya ingin ada yang merawat dan menemani kalau saya tua
nanti.”
Saudara, jawaban-jawaban tersebut terdengar sangat logis dan
tidak salah.
Dengan menikah kita memang bisa mendapat berbagai hal
seperti yang disebutkan oleh berbagai jawaban itu: tempat berbagi, teman
seiring dalam hidup, orang yang akan menjaga dan merawat kita.
Akan tetapi tidak semua jawaban-jawaban itu tepat dan
lengkap. Jawaban-jawaban itu menyiratkan egoisme dan egosentrisme, hanya
berfokus pada kepentingan diri sendiri, harapan dan keinginan pribadi serta apa
yang ingin kita dapatkan.
Padahal, dalam sebuah pernikahan tidak selalu berisi apa
yang bisa kita dapatkan dari pasangan kita. Pernikahan juga berisi apa yang
bisa kita berikan kepada pasangan kita.
Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
PERNIKAHAN YANG HANYA BERFOKUS PADA APA YANG INGIN KITA
DAPATKAN, AKAN MENJADI SEBUAH PERNIKAHAN YANG PENUH TUNTUTAN.
TIDAK SEIMBANG. TIDAK FAIR.
HANYA AKAN MELAHIRKAN SEBUAH PERNIKAHAN YANG RAPUH DAN
KEROPOS.
Ibu Theresa pernah berkata, “Bagikan kasih ke mana saja Anda
pergi; pertama di rumah Anda sendiri.
Bagaimana hari-hari kehidupan kita jika kita tidak hidup di
dalam kasih? Mungkin Anda dan saya perlu merenungkan hal berikut ini:
Sunday (Minggu) menjadi Sadday (hari penuh kesedihan)
Monday (Senin) menjadi Moanday (hari penuh keluhan/rintihan)
Tuesday (Selasa) menjadi Tearsday (Hari penuh air mata)
Wednesday (Rabu) menjadi Wasterday (Hari yang penuh
kesia-siaan)
Thursday (Kamis) menjadi Thirstday (hari haus akan cinta)
Friday (Jumat) menjadi Fightday (Hari perkelahian)
Saturday (Sabtu) menjadi Shatterday (Hari penuh kehancuran
hati)
Dari bacaan kita, I Korintus 11:11–12 kita dapat melihat
beberapa pokok penting yang perlu kita pahami dalam kaitannya dengan hidup
pernikahan dan membangun sebuah keluarga.
Pernikahan adalah relasi dua arah dan seimbang.
Kedudukan suami tidak lebih tinggi daripada istri. Begitu
juga kedudukan istri tidak lebih tinggi daripada suami.
Yang satu tidak lengkap tanpa yang lain.
Saudara yang terkasih,
Dari bacaan kita setidaknya ada 4 hal yang dapat kita lihat
dan kembangkan sebagai kunci sukses dalam membangun sebuah pernikahan.
Pernikahan harus dilihat sebagai sebuah komitmen pada sebuah
hubungan yang permanent.
Yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya adalah
komitmen. Hidup pernikahan dibangun di atas serangkaian komitmen antara suami
dan istri. Komitmen untuk saling mengasihi, saling menghargai, saling
mengingatkan, saling mendoakan dan komitmen untuk menjalani kehidupan
pernikahan sampai maut memisahkan. Oleh sebab itu, Yesus pernah berkata, “Apa
yang telah dipersatukan oleh Allah jangan dipisahkan oleh manusia.”
Komitmen untuk mengasihi dan mencintai harus menjadi dasar
hidup pernikahan.
Komitmen menjadikan rumah tangga kita semakin hari semakin
kokoh dan semakin terasa menyenangkan.
Pernikahan harus dilihat sebagai sebuah panggilan untuk
melayani dengan penuh kesetiaan.
Pernikahan adalah sebuah panggilan bagi masing-masing, suami
dan istri, untuk melakukan yang terbaik bagi pasangannya. Alangkah indahnya
sebuah rumah tangga yang di dalamnya satu sama lainnya terdorong untuk saling
melayani dan saling memberi.
Pernikahan harus dilihat sebagai sebuah proses pemurnian.
Pernikahn adalah sebuah perpaduan dua pribadi, di mana
masing-masing pribadi, suami dan istri, dengan kesadaran penuh memberikan
sebagian ruang dalam hidupnya bagi pasangannya. Sehingga tidak ada lagi aku
atau kamu. Yang ada adalah kita. Bukan kepentinganmu atau kepentinganku, yang
ada adalah kepentingan kita bersama.
Pernikahan harus dilihat sebagai sebuah anugerah.
Tidak ada orang yang tidak senang menerima hadiah. Hadiah
akan selalu disambut dengan sukacita dan rasa syukur sesederhana apa pun
bentuknya.
Dengan memandang pernikahan sebagai sebuah hadiah, kita akan
menjalaninya dengan penuh sukacita dan penuh rasa syukur, bukan sebagai beban
apalagi sebagai penjara.
Saudara yang terkasih,
Pertunangan adalah suatu masa yang lebih mendalam dari
sekedar berpacaran.
Dalam masa itu, keduanya sudah tiba pada tahap perencanaan
yang lebih matang untuk membentuk dan memasuki kehidupan berkeluarga.
Memang, tidak semua orang mempunyai pandangan yang sama
mengenai makna sebuah pertunangan. Ada yang menganggap pertunangan itu sama
resminya dengan perkawinan sehingga tidak boleh diputuskan.
Ada juga yang menganggap bahwa pertunangan adalah tahap yang
lebih serius bagi pasangan tersebut untuk menentukan apakah keduanya
benar-benar memutuskan untuk menikah atau tidak. Oleh sebab itu, dalam pertunangan
pemutusan hubungan masih dimungkinkan.
Tetapi apa pun juga pendapat orang, pertunagan tetap tidak
sama dengan perkawinan.
Karena itu, masih ada batas-batas yang tidak boleh dilakukan
oleh pasangan yang bertunangan tersebut seperti layaknya seorang suami-istri.
Oleh sebab itu, masa pertunangan sangat baik apabila diisi
dengan pengenalan yang lebih jauh terhadap pasangannya.
Setiap pribadi harus dengan penuh hormat menjaga kesucian
pasangannya. Selain itu, mereka ini harus mulai membersamakan visi kehidupan
keluarga yang akan mereka bentuk nantinya.
Masa pertunangan yang berhasil dan menjadi berkat bagi
seluruh anggota keluarga ialah apabila pasangan yang bertunangan ini menjadikan
masa pertunangan mereka sebagai masa dimana mereka mempersiapkan diri membentuk
sebuah keluarga yang dilandasi oleh sebuah komitmen untuk hubungan yang
permanen, panggilan untuk melayani dengan penuh kesetiaan, sebagai sebuah
proses pemurnian dan sebagai sebuah anugerah dari Tuhan untuk kalian.
Jika demikian, niscaya keluarga yang sedang kalian
persiapkan untuk dibentuk dalam masa pertunangan ini akan menjadi sebuah
keluarga yang penuh damai sejahtera. Keluarga yang akan mematangkan kepribadian
dan rohani kalian.
Tuhan memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar