Alkisah, di kesepian malam, tampak seorang pemuda berwajah
tampan sedang memacu laju kendaraannya. Karena kantuk dan lelah yang
mendera, tiba-tiba ia kehilangan kesadarannya dan gubraaak.....mobil
yang dikendarainya melintasi trotoar dan berakhir dengan menabrak sebuah
pohon besar.
Karena benturan yang keras di kepala, si pemuda sempat koma dan dirawat
di rumah sakit. Saat kesadarannya mulai kembali, terdengar erangan
perlahan. "Aduuuh...kepalaku sakit sekali. Kenapa badanku tidak bisa
digerakkan. Oh..ada di mana ini?". Nanar, tampak bayangan bundanya
sedang menangis, memegangi tangan dan memanggil-manggil namanya.
Lewat beberapa hari, setelah kesadarannya pulih kembali, ia baru tahu
kalau mobil yang dikendarainya ringsek tidak karuan bentuknya dan
melihat kondisi mobil, seharusnya si pengemudi pasti meninggal dunia.
Ajaibnya, dia masih hidup (walaupun mengalami gegar otak lumayan parah,
tulang paha yang patah menjadi enam, dan memar di sana-sini; hal ini
membuatnya harus menjalani operasi dan proses terapi penyembuhan yang
lama dan menyakitkan).
Saat pamannya datang menjenguk, si pemuda menggerutu tidak puas pada
kehidupannya, "Dunia sungguh tidak adil! Sedari kecil aku sudah
ditinggal oleh ayahku. Walaupun aku tidak pernah hidup berkekurangan
tetapi teman-temanku jauh lebih enak hidupnya. Gara-gara Bunda
membelikan mobil jelek, aku jadi celaka bahkan kini cacat pula wajah
ini. Oh...sungguh sial hidupku.."
Pamannya yang kenal si pemuda sedari kecil menegur keras, "Anak muda.
Wajahmu rupawan tetapi jiwamu ternyata tidak. Bundamu bekerja keras
selama ini hingga hidupmu berkecukupan. Lihatlah sekelilingmu, begitu
banyak orang yang tidak seberuntung kamu. Tidak perlu menyalahkan orang
lain. Kecelakaan ini karena kesalahanmu sendiri! Pernahkan kamu
pikirkan, seandainya kecelakaan itu merenggut nyawamu, bekal apa yang
kamu bawa untuk mempertanggungjawabkan seluruh perbuatanmu di hadapan
Sang Khalik? Tuhan begitu baik, memberi kesempatan kedua kepadamu untuk
hidup lebih lama. Itu artinya, kamu harus hidup lebih baik! Apakah kamu
mengerti?"
Si pemuda terpana sesaat dan lirih menjawab, "Terima kasih paman. Saya
akan mengingat nasihat paman. Biarlah luka di wajah ini sebagai
pengingat agar aku tahu diri dan mampu untuk bersyukur".
Setiap hari di setiap tarikan napas kita sesungguhnya adalah
"kesempatan kedua" di dalam kehidupan kita. Kesempatan untuk selalu
mengingat kebaikan yang telah kita terima dan mengingatkan kita untuk
selalu berbuat bajik kepada sesama. Mari, manfaatkan setiap kesempatan yang ada dengan menjalankan ibadah dan amanah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar