Suatu hari, seorang tukang sayur yang buta huruf menerima sepucuk
surat. Karena ia buta huruf, maka ia tergesa gesa menuju ke penjual
daging kenalannya, yg punya watak keras untuk minta tolong membacakan
surat.
“Ini surat dari putramu”, seru si tukang daging. “Begini bunyinya,
Ayah aku sakit dan tidak punya uang sesenpun, tolong kirimkan aku
sejumlah uang sesegera mungkin!!!!! Putramu”. Begitulah surat itu
dibacakan dengan keras dan kasar oleh si tukang daging.
Tukang sayur menjadi marah, ia berkata, “Dasar anak tak tahu diri!!
Memangnya dia siapa memerintah aku, ayahnya? Jangan kira aku akan
mengirimi dia sesenpun “
Dalam kemarahannya ia kembali ke rumah, tapi di perjalanan ia bertemu sahabatnya, seorang penjahit yang bersuara lembut.
Ia pun bercerita tentang surat yang tadi. “Coba kau lihat sendiri
surat putraku ini”. Penjahit itu lalu membaca surat itu dengan suaranya
yang lembut, tenang dan jelas.
Tiba-tiba surat itu berbunyi sangat lain, si Tukang sayur itupun menjadi sedih.
“Oh anakku malang.”, katanya dengan cemas. “Ia pasti sangat menderita, lebih baik aku segera mengirimnya uang sekarang juga”
Memang benar!!! Pesan sangat tergantung pd cara penyampaiannya.
Bila kita renungkan, konflik yg sering terjadi antara pasangan,
sahabat, rekan kerja, sering bukan karena ada masalah besar dan rumit
yang tidak bisa dipecahkan. Namun karena kita tidak dapat mengatur cara
kita menyampaikannya.
Terutama saat kita tidak setuju, lalu menyampaikannya dengan sikap
lebih sabar, ramah, lembut, maka yang mendengarnya akan mudah menerima
dan tidak akan terjadi pertentangan/amarah/jengkel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar