Alkisah, ada seorang pelukis yang sangat terkenal karena
lukisannya yang indah, halus, teliti, detail, dan seindah objek apapun
yang dilukisnya. Raja sangat menyukai dan mengagumi karya-karya si
pelukis. Sebagai tanda penghormatan, penghargaan, dan keinginan untuk
mengabadikan karya seni seorang seniman besar yang pernah ada di negeri
itu, raja membuatkan sebuah monumen besar yang nantinya di atas monumen
itu terpampang lukisan yang akan dikerjakan oleh si pelukis.
Raja berharap, seluruh rakyat negeri itu akan mengenang dan menikmati
karya seni yang tinggi hingga bertahun-tahun ke depan, sampai ke
generasi selanjutnya. "Baiklah rajaku, hamba akan memenuhi harapan
baginda" janji si pelukis. Setelah monumen berdiri dengan megah di
tengah kota, si pelukis mulai membuat sketsa kasar, menghaluskan, dan
menambahkan berbagai ornamen cantik di sana-sini.
Disusul dengan membuat campuran berbagai macam cat warna,
mengoleskannya dengan seksama. Masyarakat pun setiap hari bergantian
berkerumun dan dibuat terkagum-kagum atas lukisan besar yang sedang
dibuat itu. Dan bila lukisan telah utuh dikerjakan, setiap hari si
pelukis datang ke sana, ada saja detail yang dibenahinya, pokoknya
lukisan yang indah itu serasa belum memuaskan si pelukis.
Temannya yang ikut membantu pekerjaan besar itu menyapa dan bertanya
kepadanya, "Sobat, begitu lama kamu mengerjakan proyek ini. Lukisanmu
ini ada di atas bangunan yang begitu tinggi, orang-orang yang menikmati
lukisanmu memuji keindahannya dan tidak melihat sedikitpun
kekurangannya. Udahlah, anggap saja sudah selesai tuntas. Dari tempat
yang begitu tinggi, Jika ada kekurangan sedikit-sedikit, memangnya siapa
yang akan tahu?" "Yang tahu kekurangannya adalah aku dan Tuhanku" jawab
si pelukis serius.
Sebenarnya melukis sama seperti menjalani kehidupan ini. Setiap
perbuatan atau kesalahan yang kita lakukan, belum tentu orang lain tahu,
tetapi setidaknya kita sendiri yang tahu dan pastinya Tuhan juga tahu.
Jika ingin hasil kerja yang terbaik, kerjakan sebaik-baiknya, semaksimal
mungkin. Bukan atas dasar penilaian orang lain. Jika ingin berbuat
baik, lakukan dengan ketulusan yang ada di dalam diri, karena hanya kita
tahu dan Tuhan pun pasti tahu".
Juga sama dengan menjalani kehidupan ini. Setiap perbuatan kita,
berbuat salah maupun disalahi oleh orang lain. Mungkin tidak ada orang
yang tahu, tetapi sekurang-kurangnya kita dan Tuhan lah yang tau, tempat
kita mempertanggungjawabkan setiap perbuatan kita hingga akhir
kehidupan ini.
Profesionalisme adalah sikap kerja yang mandiri, berdedikasi,
menginginkan hasil yang maksimal dengan bekerja sebaik-baiknya. Bukan
atas dasar penilaian orang lain semata, tetapi karena memang standar
kualitas kita yang unggul.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar