Alkisah, di sebuah hutan, terdapat sebuah bunga anggrek yang tumbuhnya
menempel pangkal batang sebuah pohon besar. Anggrek sangat nyaman
bersama sang pohon karena selain bisa mendapat makanan yang cukup, ia
juga terlindung dari teriknya sinar matahari dan derasnya air hujan yang
mengguyur.
Namun, suatu kali, bencana besar datang. Angin bertiup kencang saat
itu, disertai hujan sangat lebat. Tiba-tiba petir menyambar. ”Blaaarr!!”
dengan kerasnya, tepat di di pohon besar tempat anggrek bernaung.
Batang yang tadinya besar dan kokoh, kini patah beberapa bagian. Pohon
yang tadinya jadi rumah si anggrek, telah hancur, hampir berantakan.
Anggrek menangis sejadi-jadinya, ketakutan akan masa depannya. “Pohon…
kamu selama ini yang melindungi aku dari panas dan hujan. Kenapa kamu
jadi begini? Kamu juga baik mengizinkan aku mengambil sebagian makanan
dari batangmu. Sekarang…Kamu sendiri hanya tersisa beberapa daun hijau
di sebagian sisa batangmu. Siapa lagi yang akan melindungiku?”
Pohon yang tersisa, melihat anggrek terus menangis, menyapa sahabatnya
itu. “Wahai anggrek. Jangan menangis. Aku pun mengalami kejadian yang
sangat menyulitkan. Tapi, aku bersyukur bisa tetap hidup meski hanya
dengan sedikit sisa daun di batangku ini. Aku yakin, dengan sisa ini,
aku akan tetap bisa kembali tumbuh, meski tak sesempurna dulu lagi.
Begitu juga kamu. Lihatlah, kilau mentari pagi yang kini langsung
mengenaimu. Kamu tampak semakin indah, ditambah embun yang menempel di
tubuhmu. Panas mentari dan hujan yang langsung mengenaimu, pasti akan
membuatmu semakin subur, cantik dan berbunga lebih banyak. Tentunya akan
makin banyak yang mengagumi keindahanmu.”
Anggrek tersentak dengan ucapan pohon sahabatnya itu. Ia kini sadar.
Ujian semalam ternyata malah membuka hal lain yang tak pernah
terpikirkan selama ini. Anggrek yang indah, ternyata jauh lebih indah
saat terkena pancaran mentari langsung. Air yang mengenainya langsung,
juga membuat anggrek tumbuh lebih subur.
Sahabat ,
Sama dengan kita yang sering terlena di zona nyaman, kadang tidak lagi
merasa harus belajar dan memperbaiki diri. Makin nyaman seseorang, ia
tak mau lagi beranjak pergi.
Padahal, di luar sana, kadang tersedia peluang yang jauh lebih indah,
lebih menyenangkan, lebih menghasilkan, banyak yang masih bisa digali.
Hal itulah yang kadang-kadang membuat seseorang menjadi berhenti,
melambat, dan malah akhirnya kemudian terlibas oleh kemajuan zaman atau
perubahan yang terjadi.
Peristiwa yang disebut musibah atau bencana sering diperlukan hadir
untuk mengingatkan kita agar mawas diri dan mulai belajar lagi. Pada
saat awal kejadian, sangat wajar kita mungkin “menangis” seperti sang
anggrek. Namun perlu kita yakini, bahwa itu semua datang untuk membawa
kita jadi lebih baik dan lebih baik lagi.
Mari, terus bersiap diri. Evaluasi setiap hari, lakukan
pembelajaran tiada henti. Tidak takut ancaman dan cobaan yang bisa
datang setiap saat. Sebab seringkali di sanalah pertumbuhan mental
sedang terjadi untuk menyongsong sukses yang akan kita raih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar