Banyak orang yang sadar bahwa baik itu hal yang mulia, kebaikan
itu sesuatu yang patut dijunjung dan diapresiasi. Tapi, entah mengapa,
masih banyak juga orang yang—disadari atau tidak, terpaksa atau
tidak—lebih memilih jalan yang berlawanan dengan kebaikan.
Tak jarang, atas alasan tertentu, seseorang merasa telah berbuat benar.
Padahal, apa yang dilakukan di mata orang lain adalah sesuatu yang jauh
dari kebaikan. Alasan ekonomi misalnya, sering menjadikan nilai-nilai
kebaikan terlihat kabur. Tentu, masih ada banyak faktor yang bisa
diperdebatkan kemudian, sebanyak alasan yang juga mungkin bisa dibuat
untuk membenarkan sebuah tindakan.
Terlepas dari itu semua, bagi saya pribadi, kesuksesan seseorang dalam
hidup sejatinya banyak ditentukan oleh nilai-nilai kebaikan/kebajikan.
Hal utama yang menjadi penyaring adalah baik, benar, halal. Indikator
ini mudah dikenali oleh hati, pikiran, dan jiwa yang bersih.
Agar lebih jelas, dalam tulisan ini, saya akan menyampaikan “delapan
sifat mulia kebajikan”. Hal ini penting untuk kita ingat, sadari, dan
praktikkan:
1. Bakti
Ini merupakan sikap berbakti terhadap orangtua, leluhur, dan guru.
Sepertinya sederhana, tapi kadang kita lupa. Padahal, merekalah
orang-orang yang memang pantas kita berikan penghormatan mendalam.
Sebab, dari mereka kita belajar banyak hal yang berguna untuk kehidupan.
Dari mereka kita mendapat banyak bekal untuk meraih kesuksesan. Sikap
berbakti ini akan membuat kita selalu ingat, bahwa ada banyak
nilai-nilai luhur yang bisa kita jadikan pegangan untuk meraih
kebahagiaan sebenarnya.
2. Persaudaraan
Ini mengajarkan kepada kita untuk senantiasa berlaku hormat terhadap
yang lebih tua sebagai saudara sehingga selalu mampu memunculkan sifat
rendah hati. Rasa saling menghargai antar saudara akan menjadi
“penyaring” bagi kita untuk tidak berbuat hal-hal yang kurang bernilai
baik. Sebab, dengan menjaga persaudaraan, kita akan selalu ingat, bahwa
setiap perbuatan yang baik—dan sebaliknya, kurang baik—juga akan
berdampak langsung atau tidak langsung pada hubungan persaudaraan.
Dengan begitu, kita akan selalu bisa menjaga amanah dalam segala
tindakan.
3. Kesetiaan
Ini merupakan nilai kesetiaan terhadap atasan, teman, dan kerabat.
Sikap ini akan membuat kita punya nilai karena kita mampu selalu
berpegang teguh pada apa yang sudah diucapkan pada lingkungan sekitar.
Sikap setia ini akan menjadikan kita selalu mengingat bahwa hidup ini
tidak sendirian, sehingga kita selalu mampu menjaga keharmonisan dan
keseimbangan hidup dengan sesama.
4. Dapat Dipercaya
Umumnya, orang yang dapat dipercaya akan mendapat banyak teman, relasi,
bahkan pesaing yang menghormatinya. Karena itu, sikap dapat dipercaya
yang dibuktikan dengan sifat dan sikap yang jujur, amanah, mampu
memegang janji, dan berbagai kualitas mental positif lainnya, akan
mengantarkan kita pada “pencapaian” hidup yang benar-benar berkualitas.
5. Susila
Ini merupakan nilai-nilai kepantasan yang harus kita pegang teguh dalam
hidup bermasyarakat. Mulai dari menjauhi tindakan bersifat asusila,
punya nilai bertata-krama yang baik, sikap sopan santun, berbudi pekerti
luhur, dapat memperkuat integritas kita sebagai insan mulia yang punya
nilai di mata masyarakat. Dalam hal ini, tentu kita sendiri yang bisa
menjaganya.
6. Kebenaran
Ini merupakan sikap untuk senantiasa menjunjung tinggi kebenaran sejati
atau suatu sifat solidaritas terhadap sesama. Bagi sebagian orang,
nilai ini bisa jadi berbeda-beda, tergantung dari sudut pandang mana
yang digunakan. Namun, jika semua itu dikembalikan kepada hati nurani,
pasti kita akan menemukan nilai kebenaran yang sejati. Sebab, pada
dasarnya, kita sendiri sudah bisa menilai mana yang baik, mana yang
buruk.
7. Sederhana
Sepertinya, sifat ini mudah dijalankan. Namun pada praktiknya, nilai
sederhana yang diterapkan orang sangat berbeda-beda. Untuk itu, kita
harus senantiasa berkaca dalam diri, sudah benarkah apa yang kita
lakukan hari ini? Apakah nilai-nilai kesederhanaan yang telah kita
jalankan, terutama agar hidup selalu berjalan harmonis dan seimbang di
mata masyarakat dan lingkungan sekitar? Kita sendiri yang bisa
menjalankan dan memilih melakukannya.
8. Tahu Malu
Budaya tahu malu ini sebenarnya akan menjadi penyaring utama dalam
setiap tindakan agar hal yang kita lakukan pun menjadi lebih bernilai
bagi sekitar.
Mari kita coba kembali berkaca. Kita telusuri dalam diri dan segera
perbaiki, nilai-nilai kebajikan yang barang kali mulai luntur di antara
kita. Tentunya, agar kita semua bisa meraih sukses dan kehidupan yang
jauh lebih bermakna.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar