Alkisah dalam sebuah seminar di kampus, seorang perempuan muda tampil
berdiri di atas panggung untuk sharing melalui tulisan. Namanya Huang
Mei Lian, kelahiran Taiwan. Waktu kecil ia terkena lumpuh otak, karena
lahir prematur, kekurangan oksigen dan pendarahan di otak, yang telah
merampas keseimbangannya dalam bergerak, serta merampas kemampuannya
untuk berbicara.
Namun, ia tidak terkalahkan oleh kesulitan yang dialaminya. Bahkan, dia
sangat berani menempuh hidupnya yang penuh ketidakmungkinan. Dengan
perjuangan keras, Huang Mei Lian berhasil mendapatkan gelar PhD atau
“Doktor bidang seni” dari sebuah universitas di California,
AmerikanSerikat. Dia biasa menggunakan tangannya sebagai kuas, dan
menggunakan warna-warni ceria dalam lukisannya, yang menyampaikan kepada
kita semua, akan “keindahan dan kekuatan alam semesta”, serta makna
“kehidupan yang penuh warna”.
Pada sesi Tanya Jawab, seorang mahasiswa mengangkat tangan, mengajukan
pertanyaan. “Doktor Huang, Anda dari kecil telah menghadapi keadaan yang
begitu sulit. Bagaimana cara Anda menerima diri sendiri? Apakah cacat
fisik yang Anda miliki itu, tidak pernah membuat Anda kesal atau
menyesali diri?”
Para mahasiswa dan dosen yang hadir di seminar itu terkejut. Mereka
khawatir pertanyaan itu akan menyinggung perasaan Huang Mei Lian, serta
merasa was was, apakah dia bersedia menjawab pertanyaan tersebut.
“Bagaimana anggapan saya tentang diri saya?” Huang Mei Lian menulis
dengan huruf besar dan tegas di papan tulis yang disediakan. Setelah
selesai menulis pertanyaan itu, dia berhenti sejenak. Ia menoleh ke
belakang, melihat ke arah mahasiswa yang mengajukan pertanyaan tersebut,
kemudian tersenyum. Ia membalikkan badan lagi ke arah papan tulis, lalu
mulai menuliskan dengan cekatan dan rapi:
- Saya, Huang Mei Lian, imut..
- Kaki saya sangat panjang dan sangat cantik..
- Papa dan mama saya sangat mencintai saya.
- Tuhan sangat mengasihi saya.
- Saya bisa melukis dan lukisan saya disukai banyak orang.
- Saya bisa menulis, yang membuat saya memiliki banyak teman
- Saya mempunyai seekor kucing yang lucu.
Ruangan tersebut hening, tidak ada seorang pun yang berkata-kata. Huang
Mei Lian kembali menoleh dan melihat reaksi para pengikut seminar, dan
kemudian kembali menghadap papan tulis untuk menambahkan tulisannya
sebagai sebuah kesimpulan singkat.
“Saya hanya melihat dan bersyukur pada apa yang saya miliki. Saya tidak
melihat dan tidak menyesali apa yang tidak saya miliki.”
Dengan spontan, tepuk tangan yang meriah kemudian bergema di gedung
seminar tersebut. Mei Lian membungkukkan badannya di atas panggung.
Senyum penuh kebanggaan yang manis dan ceria, terpampang jelas di
wajahnya.
Sering kali manusia mengukur kebahagiaan dengan cara yang kurang tepat.
Kita merasa pantas berbahagia pada saat kita mampu mendapat apa yang
kita inginkan. Kadang kita lupa bersyukur dan berbahagia karena apa yang
telah kita punya. Dengan keterbatasan fisik, Huang Mei Lian tidak
pernah menyesali yang tidak dipunyai dan selalu bersyukur serta fokus
pada apa yang dimiliki. Sungguh sebuah inpirasi yang bijaksana.
Mari, kita selalu mensyukuri, apa pun keadaan kita hari ini. Seperti
pepatah Tiongkok kuno mengatakan: "Kelahiranku di dunia ini pasti punya
makna.”
Salam sukses Luar Biasa!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar