Hidupku hanyalah tenunan
Antara Tuhanku dan Aku
Aku tidak bisa memilih warna tenunan,
Yang terus menerus Dia kerjakan
Kerap kali Dia menenun kepedihan
Dan aku dalam kesombongan
bodohku
Lupa bahwa Dia melihat bagian atasnya
Dan aku bagian bawahnya
Tidak harus menunggu sampai alat tenun berhenti
Dan pintalan berhenti berputar,
Sampai Allah membuka gulungan kanvas
Dan menjelaskan alasanNya
Benang-benang yang gelap
Ditangan Sang penenun yang ahli,
Sama pentingnya seperti emas dan perak,
Dalam pola yang telah Dia rancang....
-Anonim-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar