Penulis
cerpen Amerika terkemuka, O. Henry, menulis sebuah kisah Natal
tersohor. Kisah itu tentang sepasang suami-istri muda yang sedemikian
saling mencintai. Natal sudah dekat dan mereka ingin saling memberikan
hadiah. Tetapi mereka sangat miskin dan tidak mempunyai uang untuk
membeli hadiah. Maka mereka masing-masing, tanpa saling memberi tahu,
memutuskan untuk menjual miliknya yang paling berharga.
Bagi
sang istri, harta miliknya yang paling berharga adalah rambutnya yang
panjang berkilau. Ia pergi ke sebuah salon dan menyuruh memotong
rambutnya. Kemudian ia menjual potongan rambutnya itu untuk membeli
sebuah rantai arloji yang indah untuk arloji suaminya. Sementara itu,
sang suami pergi kepada seorang tukang emas dan menjual satu-satunya
arloji yang dimilikinya untuk membeli dua potong sisir yang indah untuk
rambut kekasihnya.
Ketika
hari Natal tiba, mereka saling menyerahkan hadiah. Mula-mula mereka
menangis terharu, namun kemudian keduanya tertawa. Tidak ada lagi rambut
yang perlu dirapikan dengan sisir indah pembelian sang suami, dan tidak
ada lagi, arloji yang memerlukan seutas rantai indah pembelian sang
istri. Tetapi ada sesuatu yang lebih berharga daripada sisir dan rantai
arloji, yaitu pesan dibalik hadiah- hadiah itu; Mereka masing - masing
telah mengambil yang terbaik dari dirinya untuk diberikan
kepada pasangannya...
Suatu
hadiah bukanlah hadiah jika tidak menimbulkan suatu pengorbanan dalam
diri kita, dan jika tidak menjadi bagian dari diri kita sendiri. Yesus
memberikan dari-Nya yang terbaik untuk kita. Ia memberikan nyawa-Nya,
untuk menebus dosa - dosa kita, untuk menyelamatkan hidup kita, supaya
bisa tetap bersama dengan Dia untuk selama-selamanya. Apa yang aku
berikan kepada-Nya yang terbaik, dariku..?
"Tidak
ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan
nyawanya untuk sahabat - sahabatnya. Kamu adalah sahabat-KU, jikalau
kamu berbuat apa yang kuperintahkan kepadamu."(Yohanes 15 :13, 14)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar